NAMA : M RIZAL AL FAZARI
NIM :1505060020
PRODI : SENDRATASIK (Seni Drama Tari dan Musik
Judul hasil review : Tata Tehnik Pentas Tari Leko di Pendem Jembrana
Ditulis oleh :  M Rizal alfazari
Tata Tehnik Pentas
Tata tehnik pentas merupakan aspek pendukung kehadiran sebuah pertunjukan tari yang analisis ini meliputi: tata cahaya, tata rias dan busana, serta properti atau perlengkapan tarinya.
Tata Cahaya
Tari Leko di Pendem Jembrana tergolong pertunjukan tradisional yang tidak terikat dengan pencahayaan modern. Apalagi Tari Leko dipentaskan pada malam hari, umumnya menggunakan penerangan seadanya ataupun dengan lampu general.  Tari Leko meski di pentaskan di malam hari sebaiknya menggunakan penerangan yang sedang (remang-remang), supaya penonton tahu makna tarian dan merasa gembira (terhibur) karena  tari Leko memiliki kekhasan tersendiri yakni penari dijaga oleh seorang pecalang yang membawa klewang (pedang) serta tidak memperkenankan pengibing untuk menyentuh penari.
Tata Rias
Penari Bali pada zaman dahulu menggunakan bahan alami sebagai kosmetik, seperti misalnya membuat alis dengan jelaga yang dicampur minyak kelapa, gecek putih (titik putih) yang terbuat dari kapur sirih, serta pewarna bibir yang terbuat dari buah pinang. Penari Leko dahulu juga pernah menggunakan bahan alami tersebut untuk merias wajahnya. Hiasan lain pada wajah penari Bali yakni bagian pelipis menggunakan gecek putih (titik putih), diantara kedua alis mengunakan gecek putih atau merah, tepat dibagian jambang menggunakan caling kidang. Seiring perkembangan zaman, semuanya dibuat serba praktis sehingga bermunculanlah kosmetik dengan berbagai merk. Hal ini membuat tata rias penari Bali juga ikut mengalami perkembangan. Tidak terkecuali degan tata rias tari Leko yang pada tahun 2009 sudah menggunakan eye shadow berwarna biru, merah, dan kuning. Semua tata rias tersebut penggunaannya masih tipis, dan tidak setebal make-up penari yang sudah semakin berkembang saat ini, sehingga Leko tampak lebih klasik.
Tata rias pada Tari Leko sebaiknya masih memepertahankan make-up yang tradisional, karena tari Leko merupakan tarian yang tradisional yang harus dipertahankan meski terjadi perubahan zaman. Zaman sudah berubah bukan berarti  mengikuti perkembangan zaman sekarang, hal ini menjadi tantangan masa depan bahwa tari Leko masih dengan ciri khas (make up) yang tradisional dari alam.
Tata Busana
Tata busana sebagai identitas penari, dan perbedaan karakter selain itu juga dijadikan sebagai daya tarik penonton. Sehingga dengan melihat busananya saja, orang akan tahu jenis tari yang akan dibawakan (tari putra maupun putri), sebagai seorang raja maupun embannya, berkarakter keras maupun lembut, tari palegongan maupun penyambutan, dan sebagainya. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa tari Leko memiliki gerak dan busana yang mendekati Legong Keraton. Maksud dari kata mendekati tersebut, yakni ada bagian-bagian yang hampir sama dengan kostum legong. Seperti gelungan pada tari Leko sama dengan gelungan pada penari legong, hanya saja pada tari Leko terdapat antol (rambut panjang).
Tari Leko juga mengenakan baju lengan panjang seperti pada legong, tetapi hanya berbeda warna saja. Jika pada legong warna bajunya hijau, pada Leko berwarna putih. Adapun kostum tari Leko terdiri dari gelungan, baju putih lengan panjang, badong, gelang kana atas dan bawah, selendang, tutup dada, sabuk lilit, ampokampok, dan kamen.

Properti
Properti merupakan segala peralatan yang dipakai menari. Pada tari Leko penari membawa properti berupa kipas yang biasa digunakan untuk menari Bali. Kedua sisinya berbeda warna yakni biru dan merah dengan renda berwarna kuning. Warna pada properti ini tidak memiliki makna tersendiri, hanya untuk menambah keindahan saja. Selain penari yang membawa properti, ada pula properti yang dibawa oleh pecalang Leko, yakni berupa klewang dan bokoran yang didalamnya ada selendang untuk mengibing serta digunakan pula sebagai tempat menaruh uang hasil saweran. Pada zaman dahulu kleweng  yang digunaka merupakan kleweng asli yang sangat tajam. Seiring perkembangan zaman kleweng diganti dengan kayu untuk keamanan. 
Hal ini dimaksudkan untuk memohon kepada sang Pencipta agar pementasan berjalan dengan lancar. Setelah itu dilanjutkan dengan tabuh pembuka yakni tabuh Pengungkab Sabda, untuk menandakan bahwa pertunjukan akan segera dimulai, serta mengundang para penonton untuk memasuki tempat pementasan. Setelah tabuh pembuka selesai, dilanjutkan dengan tarian. Dalam tari Leko ini terdapat tiga jenis yang diberi nama sesuai dengan nama tabuhnya, yakni Leko dengan tabuh Legong, Sebitan Penyalin, dan Endih-Endih Api. Biasanya ketiga tarian Leko ini selalu ada dalam setiap pementasan, yang dapat ditampilkan secara acak. Setelah ketiga tarian usai, maka pementasan pun berakhir.
Sumber artikel jurnal : Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Volume 3, Nomor 2, Desember 2017
Judul artikel : Tari Leko di Pendem, Jembrana Sebuah Kajian Tekstual
Penulis : Ni Nyoman Ayu Kunti Aryani
Link : Leko, koreografs, struktural, simbolik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini